04 Juli 2011

Past Time


.......5 menit lagi. Begitu mataku mengeja jarum jam yang terpajang diruang tamu. Mendekati angka 12 dadaku semakin sesak. Seperti vonis atas hidupku. Ah, mengapa detik itu terasa lama sekali?

Selamat ulang tahun.

Pesan pendek itu kukirimkan tepat jam 12 malam, 29 April. Hanya itu, setelahnya aku mengunci diri di kamar--mencoba memejamkan mata. 

"Dedek, lo udah tidur? Dek..." Aku mendengar seseorang memanggil. Aku bungkam--bergelung diam-diam.

Aku tahu seharusnya tidak kekanak-kanakan seperti ini. Meski berpura-pura, seharusnya aku bisa bersikap dewasa dan menghadapinya. Sayangnya saat itu tidak tahu bagaimana bersikap. Aku masih belum dewasa. 

*****

Semestinya aku menemuinya pagi itu dan kembali mengucapkan selamat ulang tahun dan berjabat tangan. Namun lagi-lagi keegoisan membuatku ingin cepat melarikan diri dari kos--bergegas menuju kampus sepagi mungkin. 

"Ntar malam nginap dirumah gue yuk? Dah lama kan kita nggak ngerumpi?" ajakan Mona siang itu terasa bagai oase olehku. Tanpa pikir panjang aku mengangguk cepat. Menjauh dari kos-kosan mungkin adalah keputusan yang tepat untuk menenangkan diri. 

Dan malam itupun aku tak pulang--lagi-lagi menghindarinya.

Tapi harus kuakui, saat itu aku memang benar-benar belum dewasa. Rasa cemburu karena terabaikan kembali membuatku sesak. Kesedihan itu malah berubah menjadi kemarahan. Tanpa pikir panjang aku mengirim sebuah pesan ke nomor ponselnya. Kata-kata yang begitu puitis, manis namun mengandung kemarahan dan membuat sedih. 

20 menit kemudian, aku lantas menyesali kebodohan itu. Ungkapanku menyakitinya--membuatnya menangis. Sambungan telponku pun ia putus tanpa kata.

.....sejak saat itu semua berubah.  

Tidak ada komentar: