26 Agustus 2011

Let's start again. Forget the past

Magical July.
Suatu hari saya mendapatkan kalimat itu dari sebuah gambar di site We Heart. Benar apa tidak, saya sempat berharap untuk bertemu magical july seperti yang ditulis di gambar itu. Entah kenapa, padahal kalimat itu seperti sebuah dongeng saja. Mustahil ada kan? Tapi saya benar-benar menunggu setiap detik dibulan itu.

Saya tahu itu hanya kalimat. Saya tahu jika berharap banyak, saya pasti akan kecewa. Dan benar, saya kecewa. Menjelang akhir July nenek saya mengalami kecelakaan dan harus dirawat dirumah sakit selama 10 hari. Efeknya, saya harus meninggalkan "little job" saya itu. Meski dalam hati saya menangis dan kecewa berat, tapi saya berusaha ikhlas demi kesembuhan nenek. Karena tidak ada seorangpun yang menjaga nenek selain saya.

Siang malam saya bertahan dirumah sakit yang lebih terasa seperti penjara bagi saya. Saat itu saya seperti terasing dan kesepian. Tapi, lagi-lagi saya mencoba bertahan. Dalam hati saya selalu berbisik, "...Sabarkan aku Ya Allah".

Saya selalu mendengar orang-orang mengatakan, "....terkadang Allah memberikan kebaikan dalam kesukaran." atau ada juga yang bilang, "...terkadang pertolongan Allah itu datang di akhir. Ketika kita benar-benar sudah berputus asa dan memasrahkan semua kepada-Nya." 

Memang, saat itu saya merasa benar-benar sudah lelah dan berputus asa. 3 tahun yang pernah saya perjuangkan terasa sia-sia. Saya merasa malu tidak bisa membantu keluarga. Nasib seperti mengiyakan umpatan mereka.

"...percuma kamu kuliah! Ngabisin duit aja!"

Kalimat itu kerap saya dengar dari mereka, baik itu dalam gumaman atau cecaran secara langsung. Ah, betapa saya seperti terlihat sebagai "sampah" saja.

Tapi, tanpa disangka-sangka kejutan itu akhirnya datang juga. Allah memberikan hadiah yang luar biasa untuk penantian dan kesabaran saya selama ini. 

Waktu itu hari ke 3 dibulan Ramadhan. Menjelang Magrib saya mendapat sms dari seorang teman.

"Kak, udah baca pengumuman?"

Awalnya saya sempat merasa takut untuk melihat pengumuman itu. Ya, takut saya gagal lagi dan membuat saya dan keluarga semakin kecewa. Tapi dihinggapi rasa penasaran, saya akhirnya pasrah juga. 

Apapun hasilnya, saya sudah berusaha.

Entah keberapa kalinya kalimat itu saya ucapkan. Ratusan bahkan ribuan.

Selamat, Anda telah berhasil lulus dari seluruh rangkaian tes dan wawancara.

Seperti tak percaya, saya kembali mengulang memasukkan nomor pendaftaran saya. 2 kali berturut-turut. Hasilnya tetap sama. Finally, I got it.

Saya sujud syukur dan menangis terharu. Akhirnya saya mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang mungkin nantinya bisa menopang beban hidup keluarga saya. Pekerjaan untuk masa depan saya. Pekerjaan yang tidak lagi membuat paman saya "malu". Pekerjaan yang untuk sebagian orang sedikit lebih "berkelas".

Dari segi kacamata, jelas pekerjaan yang baru saya dapatkan dengan pekerjaan saya sebelumnya sangat berbeda jauh. Gaji 100 % lebih besar. Kehidupan yang lebih baik. Jaminan masa depan yang menyenangkan. Tapi buat saya, berkerja itu sama saja. Apapun pekerjaannya, asalkan dicari dengan cara halal, dilakukan dengan sungguh-sungguh, pasti juga akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Intinya soal kesabaran dan kerja keras. Soal bonus, itu bisa menyusul. Benarkan?

Saya dulu sempat dihina sedemikian rupa karena pekerjaan saya yang hanya seorang penjaga warnet. Dipergunjingkan sana-sini. Bahkan kata-kata itu masih bisa saya lafalkan dengan jelas.

"Kami malu dengan perkerjaanmu itu! Tidak ada harga diri"

Apa yang akan kau jawab ketika keluarga yang kamu harap bisa menyemangatimu malah menamparmu telak dengan hinaan? 

I have no idea. Saat itu saya hanya bungkam. Air mata jatuh satu satu. Saya tidak berkata-kata, tapi hati saya berontak, menjerit dan mendendam. Meski saya memaafkan perlakukan paman saya itu, tapi saya tidak pernah melupakan kata-kata itu. Dia sudah dibold dengan tinta merah dalam ingatan saya--dan saya selalu bisa mengingatnya dengan jelas.

But, who cares!
Akhirnya hari ini saya bisa mengucapkan kalimat itu tanpa berbeban. Saya sudah peduli lagi dengan ucapannya. Saya sudah buta dengan hal-hal seperti itu. 

Saya hanya ingin membuka lembaran baru hidup saya. Ingin mengulang catatan harian dari awal. 05 September 2011. Sepertinya tanggal itu bisa menjadi awal dari metamorfosis hidup saya. Saya berharap bisa terlahir kembali hari itu--melupakan kepahitan masa lalu. Meninggalkan sesak hari kemarin. Melepas kepenatan hati. Mulai melangkah pelan-pelan dari garis START.

...ini demi Ibu. Demi Nenek. Demi Kakak. Demi masa depan. Dan demi Berkah Ramadhan yang diberikan Tuhan kepada saya... 

Terima kasih untuk hadiah-Mu ya Allah...  

Tidak ada komentar: