17 Oktober 2012

Tentang Gadai Part II


“Diak, mintak den pitih Rp200.000,-. Pitih den lah habis bana. Lah barahari ko indak karajo.”

“Jadih. Beko wak ambiakan pitih ka ATM dulu yo.”

Beberapa jam kemudian.

Abang saya tersenyum sembari melipat 2 lembar 100 ribuan itu ke dalam dompetnya. Setelah mengucapkan terima kasih, ia berlalu dari hadapan saya.

Sambil menatap punggungnya saya berbisik pelan, “Abang nggak tahu, bahwa saya baru saja menggadaikan cincin saya untuk mendapatkan uang itu.”

Tapi saya tidak pernah mengatakan itu pada siapapun, bahkan keluarga. Ada sesuatu dalam hati kecil saya yang memberi pengertian, bahwa menjadi anak paling bungsu itu nggak selalu harus merasa kecil. Bersabarlah, maka kau akan menjadi dewasa.

Jadi, tidak ada kesedihan saat itu. Hanya perasaan lega dan haru, betapa menyenangkan bisa menggaris senyum di wajah orang lain.  






1 komentar:

Isti mengatakan...

bahagia membuat orang lain bahagia...nice!