31 Oktober 2009

Mengalah




Kau benar
sudah saatnya aku pergi
dan meninggalkan khayalan bodoh ini
akhirnya aku mengalah
tapi bukan berarti aku akan menutup semua ruang
aku hanya menutup pintu namun akan memberi sedikit celah
barangkali suatu saat kau ingin kembali ke sana
dan aku akan sedia membukanya lebar-lebar


----

12 komentar:

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

mengalah berarti menahan semua amarah, tapi mengalah tidak berarti kalah.. kalah juga bukan penentu siapa yg salah.. pada akhirnya nanti kita cuma bisa berpasrah..
*haiyahh mbingungi* :)

Rei mengatakan...

nice writing..

salam kenal wiwit...

De mengatakan...

@ pohon :
Membingungkan nich...
Kalo gitu suit aja deh, biar tahu menang apa kalah...hehehe..(makin bingung) :(

@ rei :
Salam kenal lagi rei, semoga suka baca tulisan2 yg manis ini... hehe...

Pangeran Pensil mengatakan...

Salam Kenal Bro / Sis...

Enno mengatakan...

iya... jangan lebar2... tar masuk angin
ya kan wit?

hehehe

:D

De mengatakan...

@ pangeran pensil :
Salam kenal lagi bro...

@ Enno :
Hehehe...pintunya boleh dibuka lebar2 asal jangan pusernya aja mbak, ntu baru masuk angin
Hehehe...

mr.snugglemars mengatakan...

itu menjauh demi tidak sakit hari lagi?

:D

mudah2an dia balik ya.
dan pantas dibukakan pintu lg.
:D

De mengatakan...

@ Denny :
Yupz...Mudah-mudahan dia balik. Amiin..
:D

anakilang mengatakan...

Jujur aku suka banget sama tulisan ini.

Semapat pernah berfikir seperti itu. menutup pintu tapi memberikan celah... tapi sampai kapan?? menunggu.....

hhuuufff.....

De mengatakan...

@ anakilang :
Kita tak harus menutup semua pintu untuk melupakan bukan? ini hanya masalah waktu, sampai kapanpun, penantian itu pasti berakhir
:)

anakilang mengatakan...

tapi apakah mungkin pintu itu bisa di buka kembali dengan kunci yang pernah di patahkannya?

semua ini kembali kepada waktu. karena waktu yang menentukan.
Waktu yang melupakan
waktu pula yang mengingatkan
dan pepantianitu
pasti berakhir

De mengatakan...

@ anakilang :
Yupz...that's right