05 November 2009

Itu Aku Dulu


Percaya nggak sih, bahwa perasaan itu bisa merubah apa pun. Aku percaya, karna aku pernah mengalaminya.

Berawal dari kisah 6 tahun lalu, ketika aku menginjakkan kaki dibangku kuliah. Waktu itu aku tiba-tiba saja  menjadi orang yang mungkin jika diingat saat ini, tak akan percaya bahwa itu adalah aku. Aku memasuki kampus dengan gaya dan ciri ku sendiri.

Berambut pendek, nyaris lima senti saja dari kulit kepala. Teman-teman bilang, aku manis dengan rambut pendek itu, sedangkan aku malah menyebutnya keren. Ciri khas ku. Aku tak suka disebut manis, cantik apalagi feminin. Entah kenapa aku demikian, padahal aku ini seorang cewek tulen, bukan bencong, bukan juga lesbian. Aku hanya tak suka, itu saja alasan ku. Belakangan aku baru menyadari bahwa aku tak suka dikatakan feminin, karna cewek yang demikian lebih mengarah ke manja atau lemah. Aku paling benci dikatakan lemah apalagi manja. Meskipun aku ini anak bungsu, tapi kemandirian dan keras kepala lebih melekat pada ku ketimbang si bontot yang cari perhatian. Aku lebih suka mereka menyebut ku tomboi atau cewek energic. Dulu, cewek yang seperti diri ku itu lebih menonjol dari yang lainnya. Apalagi ia merupakan orang yang tak asal bergaya saja. Termasuk aku.

Menjadi anak baru di Universitas tentulah banyak sekali perjuangan untuk meraih ketenaran, dikarenakan banyak sekali komunitas atau orang-orang yang bertujuan sama. Namun tidak begitu dengan ku, dengan satu penampilan yang unik saja aku sudah menjadi pusat perhatian. Bangga juga sih, ketika kamu lewat orang-orang bilang "wow" atau "keren".

Berambut pendek dengan poni yang selalu dibikin ke depan, seperti halnya Vic Zhou atau Aaron carter, Celana jeans gombrong yang sobek dilutut, kaos dan kemeja kotak-kotak, sepatu bermerek All Star atau sepatu Nike kesukaan ku. Plus ransel hitam yang selalu nangkring di punggung ku saban Senin sampai Sabtu. Aku heran, apa yang menarik. Penampilan ku malah nyaris seperti pemain basket profesional atau pendaki ulung yang nyasar ke kampus. Ironisnya lagi, dengan penampilan seperti itu aku malah memasuki Jurusan yang komunitasnya kebanyakan kaun Feminis. Administrasi Niaga. Lucu banget ya, padahal orang-orang sering mengira ku mengambil Jurusan Teknik atau sastra.

Namun inilah aku. Aku tak peduli apa kata mereka tentang ku. Menjadi diri sendiri, itu adalah prinsip ku. Tapi anehnya dengan penampilan ku yang cuek dan apa adanya ini, orang-orang jadi lebih cepat mengenal ku, ditambah lagi aku bukanlah orang yang suka berdiam diri dengan hanya menerima kuliah dan pulang. Aku termasuk aktivis di kampus. Tapi bukan untuk demonstrasi-demonstrasi, seperti pandangan orang-orang pada mahasiswa. Aku lebih memilih seni ketimbang yang lainnya. Pengennya sih mau ngambil UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Pramuka, seperti jaman SMA dulu atau Kelompok Pecinta Alam (KPA), kabarnya KPA di kampus ku adalah yang No 1 di Sumbar. Tapi rasanya aku sudah bosan keluar masuk hutan. Kondisi kesehatan ku tak sebaik dulu. Tulang-tulang ku sudah keropos, itu alasan terbaik ku. Akhirnya aku mengambil UKM Seni. Maksud hati pengen jadi pemain band. Pernah juga bermimpi bikin sebuah band, tapi sayang aku nggak bisa pegang salah satu alat musik pun, kecuali gitar. Itupun cuma 1 atau 2 lagu yang dapat betul, lebihnya cuma main asal coz aku juga nggak hafal dengan kunci-kunci gitar. Aku cuma bisa nyanyi dan kata orang suara ku cukup bagus, hanya saja aku jarang unjuk gigi, kecuali kalau ada yang minta.

Di UKM-Seni aku juga termasuk idola, sebab aku adalah anggota yang loyal dan sangat berdedikasi, makanya mereka selalu mengandalkan ku dalam hal apa pun. Kepengurusan, kepanitiaan atau dalam kegiatan apa pun.

Mereka menyukai ku, karna aku simple, cuek dan apa adanya. Aku tak terlalu peduli pada hal-hal yang remeh temeh. Yach...semacam genk-genkan gitulah. Aku hanya punya teman dekat namun anti Genk. Kalo aku suka jalan dengan mereka, ya sudah let's go. Tak perlu ada kesepakatan dulu gimana-gimananya. Bagiku hidup itu tak cukup untuk dinikmati hanya dengan satu orang. Lebih rame lebih seru.

Aku suka keramaian, karna dengan begitu aku bisa melupakan semua masalah yang terus menjerat. Seperti lingkaran setan yang tak berkesudahan. Namun kadang kala aku juga butuh privacy. Menyendiri dan merenungkan semua hal yang terjadi. Ketika hujan turun, setelah hujan reda, saat malam atau waktu dimana semua mata masih terpejam. Hanya aku yang terjaga. Saat itulah aku membutuhkan kesendirian. Kadang tidak juga, seringkali keadaan mengubahnya. Karna hidup hari ini dan esok tak selalu sama dengan yang kemarin.

Dulu aku populer, menarik dan disenangi. Itu dulu, ketika aku menginjakkan kaki di kampus Universitas Andalas Padang. Kepopuleran itu cukup lama juga ku nikmati. Sampai akhirnya sisi feminin ku terlihat. Aku mulai mempunyai perasaan yang asing terhadap sesuatu.

Aku menyukai seorang cowok yang bagi ku sangat perfect. Dari situ aku mulai merasa tak nyaman dengan diri ku sendiri. Menjadi asing dengan semua ciri khas yang ku miliki. Dimatanya aku merasa kerdil dan tak berarti apa-apa.

Dia junior ku. Namun belakangan ku tahu ia satu angkatan di atas ku hanya saja ia tak langsung melanjutkan kuliah setelah tamat SMA. Aku menemukannya ketika acara Kemah Bhakti Mahasiswa (KBM) Jurusan. Aku melihat diantara teman-teman seangkatannya, senior-seniornya, atau juga alumni, ia satu-satunya orang yang tak cocok berada di jurusan ini. Ia lebih cocok di Teknik, Hukum, Sastra atau lebih mending Ekonomi ketimbang Administrasi Niaga. Wajahnya memperlihatkan itu, tapi entahlah hati dan keinginannya. Who know's. Tapi ini mungkin inilah yang dinamakan takdir yang kebetulan berpihak pada ku. Dari situ aku mulai memperhatikannya, gerak-geriknya, kebiasaannya sampai dengan cara ia mengisap rokok. Wow, It's so cool. Sampai suatu hari aku mendapati biodatanya di tumpukan peminat UKM-Seni yang baru. Tomi N, itulah namanya. Lahir tanggal 14 Januari 1984, asal sekolah, alamat rumah lengkap dengan nomor telephon dan fotonya (ssttt...diam-diam aku menyimpan foto itu didalam dompet ku, sampai sekarang), tertarik seni bidang musik khususnya gitar. Itu yang tertulis di biodatanya.  Saat itu aku merasa pucuk dicinita ulam pun tiba. Itu lebih dari cukup ketimbang nggak tahu sama sekali.

"Hey..itu tomi yang hip hop itu bukan?"
"Maksud loe?"
"Iya. Loe nggak tahu ya. Dia kan ketua Hip Hop Kota Padang"
Aku terdiam mendengar penjelasannya. Ternyata Tomi bukan cuma menarik, tapi juga sangat populer. Akhirnya aku tahu yang dimaksud hip hop teman ku itu adalah Breakdance. Dia seorang breakers. Aku senang, ternyata aku tidak menyukai cowok yang salah. Ia orang yang penuh inspirasi bagi ku. Sejak Menyukainya, aku menjadi tambah bersemangat kuliah dan juga di seni. Apa pun akan ku lakukan, agar tidak tampak bodoh di depannya. Gila memang ya.

Namun suatu hari aku disadarkan akan satu hal. Tomi menyukai cewek yang feminin, manis, cantik dan seksi. Bukan cewek seperti ku yang tampak kumal dan selengekan. Di depan mata ku, ia menggandeng pacarnya yang semampai dan anggun dengan sangat mesra. Aku merasa seperti di tampar. Tentu saja Tomi menyukai cewek yang seperti itu, ia akan lebih tampak gentleman ketimbang pacaran dengan cewek tomboi.

Down. Itu satu hal yang mustahil bagi ku sebelumnya, tak pernah sekalipun kata itu mampir ke dalam kamus hidup ku. Namun kini kenyataan sebaliknya. Perlahan-lahan aku menjadi orang yang paling calm dan canggung. Aku mulai mengubah penampilan menjadi orang lain. Mencoba berdandan semanis mungkin padahal setiap melihat bayangan ku di kaca perut ku sudah terasa mual. "Aku tampak konyol dan seperti bencong", begitu teriak ku setiap kali teman-teman mendandani ku.

Lama-lama aku menjadi cewek yang terbawa-bawa arus. Suka ngerumpi-ngerumpi nggak jelas, baca-baca puisi romantis, shopping baju-baju feminin, kosmetik, foto-foto. Argghhh... aku semakin menjadi asing dan akhirnya tenggelam di dalamnya. Tak seorangpun yang menemukan ku lagi. Mereka tak akan mengenali aku yang dulu lagi. Mereka melupakan ku begitu saja. Kini dimata mereka, aku hanyalah seorang cewek yang biasa-biasa saja, tak terlalu istimewa apalagi disebut menarik. Itu semua karna perasaan ku pada seorang cowok.

Ah..Gila. Hanya karna sebuah perasaan, semua berubah.

---


P.S. : Hahaha...pasti bingung bacanya ya? Iya emang. Aku bikinnya juga bingung. Tapi curhatan emang bikin bingung kok :p


9 komentar:

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

hehe.. jangan terlalu dikhawatirkan..
kamu adalah diri kamu sendiri dgn segala kekurangan dan kelebihannya, bukan si tomboy ato si feminim.. ^^

Fayza Hiqmah mengatakan...

setuju sama pohon..(hehe..ngga tau namanya si..^^ gapapa ya aku panggil pohon..^^)

aku dulu juga gitu..tomboy, cuek dan terkenal..

dan sama, awalnya gara² cowo aku mulai merubah semuanya..sampai aku tahu, berubah mati²an pun tu cowo emang ga suka ma aku..*cacingan deh aku..:P*

dan bnyak proses terjadi setelah itu, pencarian diri yang hilang, dan banyak hal..

sampai kemudian, inilah aku sekarang, aku yang seperti ini, yang masi tomboy tapi juga sedikit feminin, yang mulai menyukai alat-alat kosmetik, dandan, dan semuanya..

dan aku menikmatinya, bukan untuk 'show up', tapi untuk kepuasan diriku sendiri..

dan sampailah aku pada satu kesimpulan, ini tentang naluri..naluri perempuan..

hehe..curhat apa komen ya ini tadi..:P panjang banget..:P

btw, salam kenal ya..;)
~Fay~

De mengatakan...

@ Pohon & Fayza :
Yupz..setuju banget sama pendapatnya
Ini memang tentang naluri perempuan.
Apa dan bagaimana pun aku, ya tetap aja ini adalah aku yaitu seorang perempuan.
Huff...ternyata prosesnya panjang banget baru bisa menyadari itu semua.
But, aku menyukai diri ku yang sekarang kok. Ini lebih baik daripada menyesali kepopuleran yg memudar...hehehe... :p


P.S : Salam kenal lagi Fay...senang kamu udah curhat disini

Ello Aris mengatakan...

Truestory yg hebat. Cinta emang begitu: apa adanya. Cinta tak butuh pengertian, lo jadilah diri lo sendiri, nggak harus berubah menjadi feminim. Suatu saat, pasti pangeran lo bakal datang sendiri dng cara yg cantik!

Ello Aris mengatakan...

Truestory yg mengesankan. Percayalah akan tiba pangeran yg bakal menerima lo apa adanya. Sebenarnya smua cewek tuh punya sifat feminim. Sikap fminim itu bukan hanya pada gaya/gelagat, tp feminim hakiki bisa terpancar dari hati!

Lolly mengatakan...

dulu aku juga tomboy...tapi seiring waktu, aku berubah.... jadi ksatria baja hitam!, wahahahaha...
becanda ding. tapi emang loh ya, perasaan bisa mengubah banyak hal. gak disangka kan? :)

De mengatakan...

@ Ello :
Ya semoga saja akan datang pangeran tampan dan berkuda, lalu membawa ku ke istana yang sangat megah..wah..mimpi kaleee...

@ Lolly :
emang nggak disangka :P

Enno mengatakan...

jadi diri sendiri lebih oke lho des...

:)

De mengatakan...

@ Enno :
Yupz...benar banget mbak. Capek kalo harus pura-pura jadi orang lain, sementara batin udah nggak nrima.. :)