Mereka menatap ku dari seberang ruangan, tajam-menunggu jawaban yang akan ku ucapkan. Aku membisu di kursi pesakitan, tempat mereka bisa memandang ku dengan leluasa. Diam. Masih belum ada jawaban yang ku berikan. Atau memberikan alasan yang tepat.
"Bagaimana? Kau setuju?" tanya seseorang dari mereka. Aku melihat kesungguhan di mata itu, tidak lagi sekedar gertakan. Ku pikir memang, waktu ku sudah tidak banyak lagi. Mereka sudah memberikan ku kesempatan beberapa tahun. Nyatanya aku belum mengenalkan seseorang pada mereka. Barangkali ini lah waktunya untuk menyerah, memasrahkan nasib ku pada keadaan yang tak berpihak.
"Kalau itu yang terbaik, apa boleh buat" jawab ku pasrah. Terdengar beberapa dari mereka menarik nafas lega. Sedangkan aku, tarikannya terdengar lelah dan pasrah.
"Apa kau yakin?"
"Tidak ada alasan untuk menolaknyakan? Toh, kalian sudah memutuskan. Jadi apa yang akan ku yakinkan lagi?'
Jawaban ku mungkin terdengar marah, ya aku memang marah. Aku marah pada diri sendiri, pada nasib, pada semua hal yang tak bisa ku kendalikan. Aku marah hingga tak sanggup menolong diri ku sendiri.
Aku beranjak dari kursi pesakitan itu. Berlalu dari hadapan mereka, dari gumanan-gumanan yang membuat ku jengkel. Barangkali memang harus seperti ini dan aku harus menerimanya...
****
8 komentar:
penuh makna,,
kalau tak adalagi yg kita punya
mungkin harus begitu,,
tp tetap semangat penuh keykinan,,,
salam,
quote :
Aku marah pada diri sendiri, pada nasib, pada semua hal yang tak bisa ku kendalikan. Aku marah hingga tak sanggup menolong diri ku sendiri.
berserah diri sama yang diAtas :D
setuju!
life must go on :)
pasrah...
ah... sepertinya aku pernah ada dalam posisi seperti itu...
mau tak mau T.T
seperti nya saya bisa menebak nih :)
salam kenal..
Sedang terpojok kah?
have a nice weekend :)
Inti nya kau yang memutuskan atau mereka???
Posting Komentar