12 Juli 2011

Di Surau itu saya belajar

Mushala. Mesjid. Untuk apa dibangun?

Adakah orang yang tega mencuri di tempat seperti itu?
Belakangan saya mulai mengalami hal-hal menyebalkan ketika berniat untuk sholat di Mushala atau mesjid. Bukan karena tempatnya, tapi karena pengurus yang nggak tahu bagaimana "mengurus". 

Bagaimana tidak? Belum aja 1 jam kelar sholat Zuhur, pintu mesjid/mushala sudah tertutup rapat (baru menjelang sholat Ashar dibuka kembali begitu seterusnya). Nggak ada jalan lain untuk masuk ke dalam untuk sholat bahkan sekedar mengambil air untuk wudhu. 

Saya heran? Kenapa bisa seperti itu? Bahkan saking menyebalkannya, saya sampai menitikkan air mata. Miris melihat hal-hal yang seharusnya tidak terjadi malah sering terjadi.

Nggak jarang juga, bahkan saya harus mengantri di depan pintu tempat wudhu laki-laki karena yang perempuan (lagi-lagi) dikunci rapat. Sekali lagi saya heran, untuk apa? Memangnya ada yang mencuri di tempat wudhu?

Saya kerap mengalami hal seperti ini, nggak hanya dengan Mushala di dekat rumah atau tempat kerja, tapi dalam perjalanan saya pun juga mendapatinya. Tak jarang bahkan sangat sering, hal seperti inilah yang membuat orang-orang jadi mudah meninggalkan sholat, meski ini bukan alasan tapi jujur saja memang kenyataan hal seperti ini bisa menjadi pemicu *pengalaman pribadi* :p

Mesjid/Mushala, sekarang bukan lagi tempat persinggahan bagi orang-orang yang membutuhkan tidak hanya untuk menunaikan ibadah tapi juga untuk melepas penat sejenak.

Saya lantas teringat dengan Surau kecil yang ada di samping rumah saya (sekarang sudah runtuh). Dulu, para penjual ikan keliling sering singgah disana untuk sholat dan istirahat sejenak. Meski hanya surau kecil, dulunya merupakan tempat anak-anak belajar mengaji yang diajar oleh nenek buyut saya. 

Seiring waktu, surau itu mengalami pelapukan. Satu persatu tiang dan atapnya mulai rusak. Meski demikian, tempat itu masih kerap disinggahi oleh penjual ikan keliling. Karena meski itu dulunya surau milik pribadi (karena didirikan oleh keluarga saya), tapi tempat itu selalu terbuka untuk siapa saja. Kami tidak pernah menutup rapat pintunya apalagi mengunci. Meski hanya ada tikar pandan kecil tergantung disudut ruangan, tapi selalu bisa menjadi alas ketika kami sujud. 

Surau kecil itu selalu membuat saya damai. Membuat saya bahagia ketika melihat orang-orang singgah dan bersujud disana. Setidaknya, kebiasaan orang-orang itu mengajarkan saya satu hal, bahwa dalam hidup, kita butuh beberapa saat untuk melepas lelah. Butuh sebuah tempat untuk menyandarkan kepenatan hati, yaitu kepada Allah SWT.

Sekarang, surau itu tidak ada lagi. Dan saya tidak pernah lagi melihat orang-orang dalam perjalanan singgah disana pun penjual ikan keliling itu. 

Seiring waktu, semua melapuk. Begitu juga dengan pandangan orang-orang tentang arti pentingnya sebuah rumah ibadah. 

6 komentar:

Anonim mengatakan...

kombongan andes menjadi nama blogku karen disini aku belajar.

Honey mengatakan...

inilah kenyataan menyebalkan disekitar kita.

De mengatakan...

@ Baha Andes : hi...salam kenal.. ^_^

@ honeylizious : bener. maka dari itu sudah seharusnyalah kita meminimalis hal2 menyebalkan itu.. :)

Abdul Malik mengatakan...

memang menyebalkan sih, ketika kita mau singgah sebentar di mushola atau masjid, eh ternyata dikunci.

siapa coba yang harus disalahin?
karena sekarang tidak hanya rumah saja yg menjadi sasaran pencuri..masjid pun bukan menjadi hal yg asing lagi..
tapi sebenarnya itu bisa diminimalisir..

Unknown mengatakan...

waspada waspada itu perlu ,bnyk musang berbulu domba .

De mengatakan...

@ Abdul Malyk : Ya, dan selalu pertanyaanya siapa yang harus disalahkan? hufff... :(

@ Bopfive5 : Ya setuju. Dunia sekarang bener2 kejam. :p