29 April 2014

Untitle



Jarum jam sudah menunjukkan angka 1 ketika saya tersadar bahwa hari sudah berganti. Mesin printer masih berderit-derit mengalahkan rasa kantuk yang masih harus saya tahan untuk beberapa jam ke depan. 

Ada yang terlintas dipikiran tiba-tiba melihat angka-angka yang masih sama dengan jarum yang merangkak pelan-pelan memutarinya. 

"Kapan jarum jam itu berhenti?"

Pertanyaan konyol itu melintas tanpa permisi. Mungkin kalau ada seseorang di samping saya saat itu, dia akan tertawa dulu baru menjawab, "kalo batrainya habis. Atau kalo lo cabut batrainya itu jarum bakal berhenti."

Hahaha...Tentu saja. 

Tapi bagaimana kalau batrainya tidak pernah habis dan tidak pernah dicabut? Jarum itu akan berputar teruskah? Apa dia pernah merasakan capek?

"Au ah gelap." Seseorang mungkin tidak mau repot-repot memikirkan itu semua.

Baiklah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal-hal sederhana seperti mempertanyakan, "telur duluan atau ayam?" Imajinasi saya tidak sampai ke sana. 

Tadinya saya hanya berpikir bahwa hidup sebenarnya sama dengan perpindahan jarum jam, pergantian hari dan bulan. Angka 1 - 12. Minggu sampai Senin. Januari ke Desember. Lalu kembali lagi. Entahlah suatu hari nanti akan ada upgrade dari itu semua. Ada nama hari lainnya setelah Jum'at mungkin? Atau setelah Desember? Bagaimana kalau jarum itu dilimitkan menjadi 100 saja? Ah, tidak pernah membayangkannya. 

Siklus hidup itu seperti perpindahan jarum jam. Selalu kembali pada angka yang sama. Ada kalanya ia bergerak lambat karena kehabisan enegeri, lain waktu ia bergerak normal seperti seharusnya. Cepat? Waktu rasanya tidak pernah terlalu cepat. 

Jadi kalau kita mikir, "cepat sekali waktu berlalu", itu bukan karena waktu yang terlalu cepat, kita yang hanya tak menyadarinya. Ya, itu karena kita yang terlalu terburu-buru.

Pernah gak dalam hidup ini kita berhenti sejenak (bukan berhenti bernafas ya), hanya untuk melihat sekitar dan bersyukur bahwa hidup ini indah bagaimanapun bentuknya.

Mengutip kata-kata Mbak Windy Ariestanty dalam novel The Journeys 3: 
"Bahagia itu tentang berkenalan dengan kata cukup. Belajar merasa cukup."
Dan bagi saya, bahagia itu sederhana. Sesederhana melihat langit di pagi hari lalu menyadari saya masih diberi kesempatan hidup. 

Lagi-lagi saya berpikir, siklus hidup itu seperti perpindahan jarum jam. Berputar-putar dengan cara yang sama. Lahir. Tumbuh. Dewasa. Pergi. Kembali. Tua. Mati. Begitu seterusnya. Hidup itu tidak konstan. 

Dan karena itulah, saya akhirnya menyadari bahwa setiap orang yang pergi dari hidup saya, suatu saat akan digantikan oleh yang datang. Lalu saya pun akan melupakan apa-apa yang seharusnya tidak (boleh) saya ingat lagi.

Itukan yang dinamakan dengan move on?

*****

Jarum jam berpindah lagi ke angka 3. Mesin print saya sudah berhenti mendengung. Kali ini saya hanya mendengar bunyi gesekan daun-daun ditiup angin di luar sana. Alam seakan mengisyaratkan saya untuk segera beristirahat. 

Sebelum lampu dipadamkan dan mata saya terpejam, saya dikejutkan lagi dengan pikiran saya sendiri. Entah kenapa, hari ini ada yang random dalam pikiran saya. Dan tulisan saya pun menjadi tak beraturan.

Biarlah. Toh, toh Hidup juga terdiri dari hal-hal yang random.

Selamat hari Selasa, everyone ^_^



Tidak ada komentar: