Itu kata terakhir yang diucapkan bos ku waktu itu. Setelahnya, ia pun pergi melajukan mobilnya ke jalanan. Aku hanya diam menatap kepergiannya. Tak bergeming.
Untuk beberapa saat, aku masih mematung dan tak beranjak dari tempat duduk ku. Kesenyapan berbaur dengan tarikan nafas ku yang terasa berat. Lalu perlahan aku pun beranjak dari tempat duduk yang setahun ku duduki.
Aku berjalan mengitari ruangan yang kini hanya tertinggal bangku-bangku kosong, coretan tangan anak-anak di whiteboard dan komputer-komputer yang tak menyala. Rasanya terasa asing mendapati suasana yang seperti ini, tak seperti biasanya yang selalu penuh suara anak-anak belajar, penuh dengan pertanyaan apa ini, apa itu, apa gunanya, bagaimana membuatnya, aku dan kedua orang instruktur lainnya selalu sabar mengajarinya tentang apa saja yang belum mereka ketahui.
Kini, disini hanya aku sendiri, tanpa anak-anak dan tanpa kedua orang instruktur lainnya.
"Kenapa harus ditutup, wit? Kasihan anak-anak ini, mereka belum sepenuhnya belajar. Apa tidak bisa dipertahankan lagi?" Itu kalimat yang dipertanyakan kedua pengajar, sewaktu aku menyampaikan berita yang berat ini. Dan aku tak kan heran bila mereka menyayangkan keputusan ini, sama seperti ku.
"Aku sudah berusaha kak, tapi aku bukan pemilik. Aku hanyalah staf Tata Usaha yang berusaha mempertahankannya. Tapi keputusan akhir, bukanlah pada ku. Maafkan aku" Jawab ku menyesal.
"Sayang sekali ya" ujarnya pasrah.
Aku tahu, ini memang berat untuk mereka berdua, untuk anak-anak yang masih belum sepenuhnya mengecap ilmu yang kami berikan, apalagi untuk ku, kendati ini adalah tempat kerja ku yang pertama dan yang sebentar lagi akan berakhir.
Aneh rasanya, dulu aku orang yang pertama membuka pintu ini hingga tempat ini menjadi sebuah lembaga dimana anak-anak bisa belajar bahasa Inggris dan Komputer dengan lebih baik. Hingga tempat ini bisa kembali dikenal oleh orang-orang setelah vakum beberapa tahun lamanya.
Namun nyatanya, aku jugalah orang yang akan menutup pintu itu rapat-rapat dan memastikan tak ada sedikit celahpun yang tersisa.
--Memory, 20 September 2008. LPK BEST-LA--
17 komentar:
Trus gimana sekarang Wit? udah kerja lagi?
@ sari :
hmm..kalo kerja always ada sar, ya nyuci, nyetrika, ngepel, masak, (itu dirumah). hihi...
kalo yang menghasilkan money ada juga, tapi belum bisa bikin aku kaya. hihihi... :D
yahh.. kenyataan terkadang memang lbh pahit ya wit..
mungkin si pemilik sdh berusaha semaksimal mungkin utk mempertahankannya, tapi sekali lagi kenyataan memilih sendiri jalannya..
hadapi dengan senyuman.. chayoo sista ;)
itu namanya kehidupan. kdg byk hal yg tak bisa kita atasi.
bikin lagi yang baru wit...
jangan biarkan usaha pendidikan gagal...
kasian generasi mendatang kita...
kenapa tidak coba membuka sesuatu yang serupa, sendiri, tanpa harus terpaksa dengan keputusan orang lain?
oh, tapi mungkin sulit ya..
@ pohon :
benar, semua usaha udah dilakukan, semua sudah dikorban kan tetapi terkadang hasil nggak sesuai dg yang diinginkan
:D
@ pit :
terkadang senyuman terasa pahit bila diiringi dengan air mata
@ mbak fanny :
benar, kita hanya manusia lemah yg nggak bisa berkehendak sesukanya
@ Alil :
andai bisa, lil, aku pasti akan melakukannya dari awal, tapi sayangnya nggak semudah itu
@ ra-kun :
suatu saat, ya suatu saat, aku akan mendirikannya lagi, semoga
Lho tuss sekarang kamu gawe dimana wit ?
@ rava :
di tempat yang tak jauh lebih baik dari kemarin
tapi mungkin inilah jalan ku, apapun itu harus dijalani kan?
yang penting ikhlas
setiap awalan pasti ada akhirannya
wew.... sebuah pengalaman kerja yg tak terlupakan y k'.
Semoga sekarang anak-anak itu sudah mendapatkan tempat belajar yang baik seperti saat ditempat itu.
Sabar aja mb...ini adalah petunjuk utk berbenah dg lebih baik lagi..
@ rizky :
betul, ini memang harus berakhir,
suatu saat ada awal yang baru bagi ku
:D
@ naicana :
memang tak terlupakan, nai.
ya, semoga saja demikian, semoga mereka bisa menjadi anak2 yang pintar, generasi bangsa yang cerdas
@ lilah :
yup. makasih ya :D
hikz... skarang gmn mbak???
ya bgitulah mbak..kita emang tak prnah tahu apa yg akan terjadi kelak.... :) :)
Sedih juga ya harus menutup pintu dimana dulu kita yang membukanya. Semoga lembaga pendidikannya berdiri lagi, meski bukan di tempat yang sama.
@ ina :
benar na, kita nggak akan pernah bisa meramal nasib ke depan
@ newsoul :
aminn...semoga
thanks ya mbak
Posting Komentar